Jumat, 30 November 2012

Boron Dibutuhkan Tanaman

Tanya
Dear Redaksi Netsains, Saya Iqbal penggemar Netsains.com dan perhatianjuga pada pertanian. Saya minta penjelasan mengenai Ketahanan Pangan, ada tugas di sekolah ini. Salam sukses…Iqbal

Jawab:
Pidato Presiden Yudhoyono pada saat kunjungan ke Amerika Serikat pada 14 November 2008 di Washington DC yang berjudul Indonesia and America a 21st Century Partnership beliau mengemukakan bahwa: “We need to have a “second green revolution” around the world to follow the successful green revolution of the 1970’s – this time around of course without damaging the environment. This will need massive investment in agriculture, in irrigation, in fertilizer, in high-yield seed, in the expanded cultivation of arable land, in agro-technology. Remember, a new food crisis will mean political, economic and social doom on many developing countries, which will impact on international security.”
Idealnya keinginan untuk self sufficient atau ketahanan pangan atau swasembada pangan harus berawal dari ketersediaan benih unggul dan pupuk sebagai nutrisi tumbuhan yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas dan keuntungan bagi petani. Menjadi petani di negeri ini, susah untuk untung. Data FAO menyebutkan 700 juta petani diseluruh dunia hidup dengan 1.25 USD atau kurang lebih 10.000 rupiah perhari. Memang demikian faktanya.
Ketika musim tanam tiba, justru petani lebih gelisah karena perolehan uang hasil panen sebelumnya justru tidak cukup lagi untuk membeli pupuk. Harga pupuk melonjak, karena begitu langkanya pupuk, dan sulit untuk diperoleh. Sudah jatuh tertimpa tangga, saat petani harus bergelut dengan langkanya pupuk, yang akan berimbas pada kenaikan harga pupuk yang tidak rasional. Sungguh ironis memang. Nasib petani di ujung tanduk. Pada sisi yang lain, eksistensi petani begitu dibutuhkan dan diharapkan sebagai salah satu penyangga kestabilan ekonomi bangsa ini karena memang 50% penduduk di negeri ini bergantung pada sektor ini.
Kekurangan pupuk dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal sehingga menurunkan hasil panen petani atau bahkan terjadi gagal panen. Gagal panen inilah yang selanjutnya menjadi ancaman dalam menciptakan ketahanan pangan. Jika situasi kelangkaan pupuk dibiarkan berlangsung lama dan tidak segera diambil tindakan yang tepat oleh instansi terkait, akan mengakibatkan timbul rasa kurang adil kepada petani, menurunkan tingkat kesejahteraan petani, mengganggu ketahanan pangan dan keberlangsungan produksi pertanian nasional, serta dapat menekan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kinerja sektor pertanian, akan berkorelasi positip dengan pola konsumsi pupuk. Data yang ada menunjukkan penurunan areal lahan pertanian yang merata sebesar 10% karena makin meningkatnya kebutuhan masyarakat pada fasilitas pemukiman, pengembangan industri dan fasilitas publik laininya. Contoh nyata pada Pulau Jawa, pada satu sisi merupakan pemasok 70% pangan nasional, tetapi dari tahun ke tahun terjadi penurunan areal pertaniannya.
Berkurangnya lahan pertaniantelah menyebabkan terjadi penurunan produksi setiap hektar lahan sebesar 6,95%. Ditambah lagi dengan terjadi penurunan konsumsi pupuk setiap areal lahan tanam. Penurunan konsumsi pupuk para petani sebesar 10,92% setiap tahun dihitung dari makin berkurangnya lahan dan areal tanam, serta diakibatkan oleh harga pupuk sendiri sangat fluktuatif dan tidak menentu. Bukan sesuatu yang mustahil hal ini diakibatkan kekurangan pupuk karena ketersediaan pupuk yang kurang atau petani tidak mampu membeli pupuk.
Permasalahan pabrik pupuk yang sudah berusia tua sehingga efisiensi produksinya makin menurun. Pasokan gas bumi untuk produksi pupuk sangat terbatas. Dengan demikian pabrik tidak dapat beroperasi optimal. Padahal 60 persen bahan bakunya untuk pupuk urea adalah gas alam. Keterbatasan supply gas alam dikarenakan mayoritas perusahaan gas alam dimiliki oleh swasta yang memiliki orientasi yang besar pada keuntungan. Hal itu seiring dengan diresmikannya liberalisasi sektor migas di Indonesia yang diatur dalam UU 22 Tahun 2001 tentang Migas.
Harga pupuk yang cenderung semakin mahal karena pupuk kimia yang beredar di pasar Indonesia sangat begantung pada bahan baku impor yang harganya terus merangkak naik mengikuti kurs dollar di pasar mata uang internasional. Jumlah distributor daerah dan kios penyalur di Lini IV cenderung masih terkonsentrasi di Ibu Kota Kecamatan/ Kabupten/ Kota. Penggunaan pupuk anorganik meningkat drastis akibat fanatisme petani dan bertambahnya luas areal tanam, sementara penggunaan pupuk organik belum berkembang.
Diperlukan Solusi Nyata
Dari sisi petani diperlukan pendidikan mengenai pupuk. Bila kita telaah lebih lanjut, sebenarnya pemberian pupuk yang selama ini dilakukan petani masih kurang memuaskan. Mengap? Karena produksi yang dihasilkan tanaman selama ini ternyata masih dapat dioptimalkan lagi bila kita memberikan unsur tambahan berupa unsur hara mikro.
Disinilah terlihat adanya peranan yang penting dari unsur hara mikro yang seringkali kita lupakan. Jadi, seperti halnya tubuh manusia, nutrisi yang diberikan haruslah berimbang. Ibaratnya 4 sehat 5 sempurna. Dalam tanaman mungkin kita bisa menyamakan dengan pemberian unsur hara makro harus diimbangi pula dengan unsur hara mikro, karena baik unsur hara makro maupun mikro besar pengaruhnya dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai proses bertambahnya ukuran dan jumlahsel-sel tanaman yang diikuti adanya pertumbuhan berat kering tanaman, sedangkan perkembangan tanaman dapat diartikan sebagai suatu proses menuju tercapainya kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbagi menjadi dua fase yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif, perbandingan atau rasio daun (pucuk) dan akar sangat menentukan perkembangan selanjutnya terutama dalam hal produksi. Bila pertumbuhan akar lebih cepat dari daun (pucuk) maupun sebaliknya akan berpengaruh kurang baik pada pertumbuhan dan produksi tanaman itu sendiri. Disini jelas dibutuhkan adanya keseimbangan antara rasio pertumbuhan daun dengan akar. Artinya agar baik pertumbuhan akar maupun daun sama-sama tumbuh dan berkembang secara normal dan seimbang tanpa saling mendominasi.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa petani dalam menerapkan kegiatan agronomis terutama dalam pemupukan hanya mengandalkan pupuk konvensional seperti Urea, SP-36, KCl maupun ZA yang semuanya hanya dapat memenuhi unsur hara salah satu makro seperti N, P, K atau S saja. Sementara itu unsur lain yang dibutuhkan tanaman tidak itu saja meliankan ada 16 macam unsur yang terbagi atas unsur hara makro (C,H,O,N,P,K.Ca,Mg dan S) dan unsur mikro (Fe, Mn, Mo, B, CU,Zn, dan Cl).
Meskipun sekarang banyak beredar pupuk majemuk alternatif yang diproduksi industri pupuk dan beredar di pasaran yaitu campuran dari pupuk tunggal dengan berbagai kompoisisi dan merk dagang berbeda. Bahkan ada pula pupuk yang sudah terkandung semua unsur hara dalam satu kemasan.
Pada kenyataan petani saat ini masih banyak yang enggan untuk menggunakannya. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Padahal meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim.
Salah satu unsur mikro yang sering terlewatkanadalah Boron (B). B diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk B2O3- .Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman adalah berfungsi sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman. Meningkatkan mutu tanaman perkebunan, sayuran dan buah-buahan. Berperan dalam perbanyakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar. Boron berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca), dan unsur hara B dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit.
Dari sisi pemerintah diperlukan upaya untuk bisa menciptakan ketegasan dalam jalur distribusi pupuk itu sendiri. Petani kita memang pernah dibiarkan untuk masuk dalam tata niaga pupuk yang bebas. Pada tahun 1987 pemerintah telah mencabut subsidi pupuk dan subsisdi pestisida. Kebebasan ini melahirkan banyak konsekuensi. Kebijakan baru dengan memberikan subsidi sebesar 35 juta dolar AS untuk pupuk jelas harus dilihat kembali mekanismenya. Yang mutlak diperlukan adalah pola distribusi yang lebih otonom, lebih profesional, adanya transparansi, dan akuntabilitas dalam tata niaga.
Akankah kita tetap menjadi bangsa yang tangguh dengan ketahanan pangannnya? Pemerintah setidaknya harus menyadari bahwa permasalahan pupuk adalah masalah klasik yang mdmang terus-menerus muncul setiap tahunnya. Sinergi antara kebijakan pemerintah dalam penyediaan pupuk dengan peningkatan pengetahuan pemupukan berimbang dapat menjadi kunci utama suksesnya ketahanan pangan di negeri ini.
Dadang Gusyana, S.Si
Pemerhati Masalah Pertanian.


==================================


PROMO PRODUK
No. Reg : P134/DEPTAN-PPI/X/2010
SNI : 02-2803-2000


Netto: 1 Kg



 PUPUK NUTRI BORON MENGANDUNG UNSUR HARA MIKRO ESSENSIAL BORON (B) YANG SANGAT DIBUTUHKAN BAGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN SERTA DAPAT MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI TANAMAN.
(KANDUNGAN: B2O3  : 46%, N :1%, Zn : 1%, MgO : 0,5%)
PEMESANAN ECERAN DAN GROSIR
TOMMY
HP: 082124006614

Tidak ada komentar:

Posting Komentar