Tanya
Dear Redaksi Netsains, Saya Iqbal penggemar Netsains.com dan
perhatianjuga pada pertanian. Saya minta penjelasan mengenai Ketahanan
Pangan, ada tugas di sekolah ini. Salam sukses…Iqbal
Jawab:
Pidato
Presiden Yudhoyono pada saat kunjungan ke Amerika Serikat pada 14
November 2008 di Washington DC yang berjudul Indonesia and America a
21st Century Partnership beliau mengemukakan bahwa: “We need to have a
“second green revolution” around the world to follow the successful
green revolution of the 1970’s – this time around of course without
damaging the environment. This will need massive investment in
agriculture, in irrigation, in fertilizer, in high-yield seed, in the
expanded cultivation of arable land, in agro-technology. Remember, a new
food crisis will mean political, economic and social doom on many
developing countries, which will impact on international security.”
Idealnya keinginan untuk self sufficient atau ketahanan pangan atau
swasembada pangan harus berawal dari ketersediaan benih unggul dan pupuk
sebagai nutrisi tumbuhan yang pada akhirnya akan meningkatkan
produktifitas dan keuntungan bagi petani. Menjadi petani di negeri ini,
susah untuk untung. Data FAO menyebutkan 700 juta petani diseluruh dunia
hidup dengan 1.25 USD atau kurang lebih 10.000 rupiah perhari. Memang
demikian faktanya.
Ketika
musim tanam tiba, justru petani lebih gelisah karena perolehan uang
hasil panen sebelumnya justru tidak cukup lagi untuk membeli pupuk.
Harga pupuk melonjak, karena begitu langkanya pupuk, dan sulit untuk
diperoleh. Sudah jatuh tertimpa tangga, saat petani harus bergelut
dengan langkanya pupuk, yang akan berimbas pada kenaikan harga pupuk
yang tidak rasional. Sungguh ironis memang. Nasib petani di ujung
tanduk. Pada sisi yang lain, eksistensi petani begitu dibutuhkan dan
diharapkan sebagai salah satu penyangga kestabilan ekonomi bangsa ini
karena memang 50% penduduk di negeri ini bergantung pada sektor ini.
Kekurangan
pupuk dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal
sehingga menurunkan hasil panen petani atau bahkan terjadi gagal panen.
Gagal panen inilah yang selanjutnya menjadi ancaman dalam menciptakan
ketahanan pangan. Jika situasi kelangkaan pupuk dibiarkan berlangsung
lama dan tidak segera diambil tindakan yang tepat oleh instansi terkait,
akan mengakibatkan timbul rasa kurang adil kepada petani, menurunkan
tingkat kesejahteraan petani, mengganggu ketahanan pangan dan
keberlangsungan produksi pertanian nasional, serta dapat menekan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Kinerja
sektor pertanian, akan berkorelasi positip dengan pola konsumsi pupuk.
Data yang ada menunjukkan penurunan areal lahan pertanian yang merata
sebesar 10% karena makin meningkatnya kebutuhan masyarakat pada
fasilitas pemukiman, pengembangan industri dan fasilitas publik
laininya. Contoh nyata pada Pulau Jawa, pada satu sisi merupakan pemasok
70% pangan nasional, tetapi dari tahun ke tahun terjadi penurunan areal
pertaniannya.
Berkurangnya
lahan pertaniantelah menyebabkan terjadi penurunan produksi setiap
hektar lahan sebesar 6,95%. Ditambah lagi dengan terjadi penurunan
konsumsi pupuk setiap areal lahan tanam. Penurunan konsumsi pupuk para
petani sebesar 10,92% setiap tahun dihitung dari makin berkurangnya
lahan dan areal tanam, serta diakibatkan oleh harga pupuk sendiri sangat
fluktuatif dan tidak menentu. Bukan sesuatu yang mustahil hal ini
diakibatkan kekurangan pupuk karena ketersediaan pupuk yang kurang atau
petani tidak mampu membeli pupuk.
Permasalahan
pabrik pupuk yang sudah berusia tua sehingga efisiensi produksinya
makin menurun. Pasokan gas bumi untuk produksi pupuk sangat terbatas.
Dengan demikian pabrik tidak dapat beroperasi optimal. Padahal 60 persen
bahan bakunya untuk pupuk urea adalah gas alam. Keterbatasan supply gas
alam dikarenakan mayoritas perusahaan gas alam dimiliki oleh swasta
yang memiliki orientasi yang besar pada keuntungan. Hal itu seiring
dengan diresmikannya liberalisasi sektor migas di Indonesia yang diatur
dalam UU 22 Tahun 2001 tentang Migas.
Harga
pupuk yang cenderung semakin mahal karena pupuk kimia yang beredar di
pasar Indonesia sangat begantung pada bahan baku impor yang harganya
terus merangkak naik mengikuti kurs dollar di pasar mata uang
internasional. Jumlah distributor daerah dan kios penyalur di Lini IV
cenderung masih terkonsentrasi di Ibu Kota Kecamatan/ Kabupten/ Kota.
Penggunaan pupuk anorganik meningkat drastis akibat fanatisme petani dan
bertambahnya luas areal tanam, sementara penggunaan pupuk organik belum
berkembang.
Diperlukan Solusi Nyata
Dari sisi petani diperlukan pendidikan mengenai pupuk. Bila kita telaah
lebih lanjut, sebenarnya pemberian pupuk yang selama ini dilakukan
petani masih kurang memuaskan. Mengap? Karena produksi yang dihasilkan
tanaman selama ini ternyata masih dapat dioptimalkan lagi bila kita
memberikan unsur tambahan berupa unsur hara mikro.
Disinilah
terlihat adanya peranan yang penting dari unsur hara mikro yang
seringkali kita lupakan. Jadi, seperti halnya tubuh manusia, nutrisi
yang diberikan haruslah berimbang. Ibaratnya 4 sehat 5 sempurna. Dalam
tanaman mungkin kita bisa menyamakan dengan pemberian unsur hara makro
harus diimbangi pula dengan unsur hara mikro, karena baik unsur hara
makro maupun mikro besar pengaruhnya dalam menentukan pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman.
Pertumbuhan
tanaman dapat didefinisikan sebagai proses bertambahnya ukuran dan
jumlahsel-sel tanaman yang diikuti adanya pertumbuhan berat kering
tanaman, sedangkan perkembangan tanaman dapat diartikan sebagai suatu
proses menuju tercapainya kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terbagi menjadi dua fase yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan
fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif,
perbandingan atau rasio daun (pucuk) dan akar sangat menentukan
perkembangan selanjutnya terutama dalam hal produksi. Bila pertumbuhan
akar lebih cepat dari daun (pucuk) maupun sebaliknya akan berpengaruh
kurang baik pada pertumbuhan dan produksi tanaman itu sendiri. Disini
jelas dibutuhkan adanya keseimbangan antara rasio pertumbuhan daun
dengan akar. Artinya agar baik pertumbuhan akar maupun daun sama-sama
tumbuh dan berkembang secara normal dan seimbang tanpa saling
mendominasi.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa petani dalam menerapkan kegiatan agronomis
terutama dalam pemupukan hanya mengandalkan pupuk konvensional seperti
Urea, SP-36, KCl maupun ZA yang semuanya hanya dapat memenuhi unsur hara
salah satu makro seperti N, P, K atau S saja. Sementara itu unsur lain
yang dibutuhkan tanaman tidak itu saja meliankan ada 16 macam unsur yang
terbagi atas unsur hara makro (C,H,O,N,P,K.Ca,Mg dan S) dan unsur mikro
(Fe, Mn, Mo, B, CU,Zn, dan Cl).
Meskipun
sekarang banyak beredar pupuk majemuk alternatif yang diproduksi
industri pupuk dan beredar di pasaran yaitu campuran dari pupuk tunggal
dengan berbagai kompoisisi dan merk dagang berbeda. Bahkan ada pula
pupuk yang sudah terkandung semua unsur hara dalam satu kemasan.
Pada
kenyataan petani saat ini masih banyak yang enggan untuk
menggunakannya. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai
jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah
mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan peningkatan
produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara
unsur mikro yang lain tidak terpenuhi. Padahal meskipun dibutuhkan
dalam jumlah yang lebih sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya
dengan unsur hara makro sebagai komponen struktural sel yang terlibat
langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim.
Salah
satu unsur mikro yang sering terlewatkanadalah Boron (B). B
diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk B2O3- .Fungsi unsur hara Boron
(Bo) bagi tanaman adalah berfungsi sebagai transportasi karbohidrat
dalam tubuh tanaman. Meningkatkan mutu tanaman perkebunan, sayuran dan
buah-buahan. Berperan dalam perbanyakan sel terutama dalam titik tumbuh
pucuk, juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar. Boron
berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca), dan
unsur hara B dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan
banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit.
Dari
sisi pemerintah diperlukan upaya untuk bisa menciptakan ketegasan dalam
jalur distribusi pupuk itu sendiri. Petani kita memang pernah dibiarkan
untuk masuk dalam tata niaga pupuk yang bebas. Pada tahun 1987
pemerintah telah mencabut subsidi pupuk dan subsisdi pestisida.
Kebebasan ini melahirkan banyak konsekuensi. Kebijakan baru dengan
memberikan subsidi sebesar 35 juta dolar AS untuk pupuk jelas harus
dilihat kembali mekanismenya. Yang mutlak diperlukan adalah pola
distribusi yang lebih otonom, lebih profesional, adanya transparansi,
dan akuntabilitas dalam tata niaga.
Akankah
kita tetap menjadi bangsa yang tangguh dengan ketahanan pangannnya?
Pemerintah setidaknya harus menyadari bahwa permasalahan pupuk adalah
masalah klasik yang mdmang terus-menerus muncul setiap tahunnya. Sinergi
antara kebijakan pemerintah dalam penyediaan pupuk dengan peningkatan
pengetahuan pemupukan berimbang dapat menjadi kunci utama suksesnya
ketahanan pangan di negeri ini.
Dadang Gusyana, S.Si
Pemerhati Masalah Pertanian.
==================================
PROMO PRODUK
No. Reg : P134/DEPTAN-PPI/X/2010
SNI : 02-2803-2000
Netto: 1 Kg
PUPUK NUTRI BORON
MENGANDUNG UNSUR HARA MIKRO ESSENSIAL BORON (B) YANG SANGAT DIBUTUHKAN BAGI
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN SERTA DAPAT MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI
TANAMAN.
(KANDUNGAN: B2O3 :
46%, N :1%, Zn : 1%, MgO : 0,5%)
PEMESANAN ECERAN DAN GROSIR
TOMMY
HP: 082124006614